Langsung ke konten utama

Mengasah Kemampuan Berbahasa Melalui Khitobah Arabiy

Sumber : http://serambinews.com

Berbahasa merupakan hal penting yang perlu dikuasai oleh setiap orang. Manusia  sebagai makhluk sosial  akan terus berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Kita dalam berinteraksi dengan orang lain terjadi kegiatan utama yang sering terjadi, yaitu berbicara dan mendengar.

Keterampilan berbahasa seseorang dapat dinilai ketika ia berbicara di depan umum. Dengan gaya berbahasa yang terstruktur akan memudahkan pendengar untuk menyaring informasi yang kita sampaikan.
Salah satu Keterampilan berbahasa di depan umum yang sering kita jumpai yakni pidato, sambutan, debat dan lain sebagainya.
berpidato, mungkin menurut sebagian orang merupakan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Akan tetapi berpidato di depan umum dengan lancar tidak semudah yang orang bayangkan. Diperlukan sebuah proses dan persiapan yang matang.

Selain pidato bahasa Indonesia terdapat gaya berpidato lain yakni menggunakan bahasa asing. Salah satunya berpidato menggunakan bahasa arab atau yang lebih dikenal dengan khitobah. Banyak yang mengatakan bahwa bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tersulit. Hal ini disebabkan karena bahasa Arab memiliki struktur bahasa yang cukup kompleks.
Agar kita terampil dalam khitobah menggunakan bahasa arab, maka langkah pertama yang harus kita lakukan ialah menghilangkan mindset bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang sulit. Tanamkan dalam pikiran kita bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang mudah dipelajari. 
Keterampilan berkhitobah bahasa Arab, itu juga ditentukan dari intonasi dan ekspresi ketika menyampaikan isi khitobah. Terutama intonasi ketika salam pembuka. Salam pembuka merupakan kesan pertama yang kita berikan kepada para pendengar. Ekspresi juga perlu diperhatikan, sebab ketika ekspresi yang ditampilkan tersebut menyakinkan, pesan dalam khitobah tersebut akan sampai pada hati si pendengar.
Dan jangan lupakan pada bagian akhir, yaitu salam penutup. Sama halnya dengan salam pembuka. Kita perlu meninggalkan kesan yang baik dan menggugah pendengar ketika mengakhiri khitobah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Konservasi Nilai dan Karakter

PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER DI ERA SEKARANG Siyam Fitriyani Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Kudus, E-mail: fitriyanisiyam321@gmail.com Nomor Hp : 08816770699 ABSTRAK         Karakter bisa diartikan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku seseorang, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, berperilaku jelek, bisa dikatakan berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah moral bisa dikatakan orang yang berkarakter mulia. Nilai karakter konservasi adalah sikap pribadi yang stabil untuk selalu berusaha melindungi dan melestarikan nilai budaya serta perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pendidikan karakter berbasis konservasi berupaya untuk menyemaikan dan mengembangkan nilai-nilai religius, jujur, peduli, toleran, demokratis, santun, cerdas, dan tangguh dalam bermasyarakat ataupun dalam diri mahasiswa dengan maksud agar mereka mampu menjadi...

Abu Aswad Ad-Du'ali Sang Penemu Harakat

      (Gambar: http://tahfizhdulido.com)  Tidak bisa dipungkiri bahwa Al-Quran yang selalu kita baca saat ini ternyata amat jauh berbeda dengan Al-Qu'an asli pada zaman Rasulullah. Hal ini dikarenakan pada mulanya Al-Quran turun kepada Rasulullah tanpa adanya tanda baca dan syakal sama sekali. Barang tentu sangat sulit bagi kita untuk membacanya. Apalagi huruf-huruf yang memiliki bentuk yang sama tanpa adanya titik, pasti susah untuk membedakannya.  Berkat ijtihad para tabi'in dan Ulama' terdahulu yang telah berhasil memudahkan pembacaan Al-Quran yakni dengan memberikan tanda baca pada Al-Quran.  Al-Quran yang semula polos kemudian oleh Abu Aswad Ad-Du'ali diberikan titik agar membedakan huruf yang dibaca fathah, kasrah, atau dhammah.  Abu Aswad Ad-Du'ali yang memiliki nama asli Dzalam bin Amru bin Sufyan bin Jandal bin Yu'mar bin Du'ali lahir di Basrah yakni pada tahun 603 M. Ia merupakan murid kinasih Ali bin Abi Thalib. Abu Aswad Ad-Du'ali dikenal s...

Inilah Sosok Lora Ismail Al-Kholilie, Cucu Syaikhona Kholil Asal Bangkalan Yang Penuh Inspiratif Bagi Kalangan Pecinta Bahasa Arab

Foto: https://cariustadz.id/ustadz/detail/Lora-Ismail-Amin-Kholil-562152 Tidak sedikit masyarakat di Indonesia telah memanfaatkan media sosial sebagai sarana pembelajaran guna memperdalam ilmu agama yang dimiliki melalui menonton tayangan kontennya, terkhusus kaum muda. Tetapi kenyataan diluar sana menyatakan bahwa tidak sedikit pendakwah di media sosial yang nekat mengaburkan kebenaran informasi hanya demi mencari popularitas semata. Maka dari itu, memilih referensi konten yang tidak sesat harus dilakukan dengan filtrasi yang ketat, bijak, tepat dan kompeten, terlebih lagi tidak sedikit influencer yang melakukan kesalahan fatal seperti memberikan salah pengartian terhadap beberapa hal, seperti penyesatan secara pemahaman ilmu pengetahuan terhadap beberapa kalimat-kalimat Bahasa Arab yang menjadi tren di kalangan masyarakat itu sendiri. Hal ini ternyata telah menjadi suatu perhatian yang khusus bagi sosok Lora Ismail Al-Kholilie, seorang influencer sekaligus ulama' yang lahir di ...