Aku Lanang, Mas
Cerpen oleh Mimi Hazimi
Namanya Sutejo. Tapi orang-orang memanggilnya Bang Joe. Pemuda biasa yang dari orok tinggal di dusun yang indah nan gersang ini. Joe baru saja diterima kerja di perusahaan kecil dekat dusunnya. Meski begitu, ia tetap bersyukur karena mendapatkan upah UMR. Saat ini, Joe tengah mencari pendamping hidupnya. Perjalanan Joe bermula pada malam pertama bulan Ramadan. Di tengah perjalanannya menuju masjid untuk tarawih perdana, tak sengaja ia melihat sosok ayu dibalik mukena biru. Joe terpana, rasanya baru kali ini ia melihat gadis itu.
Semakin hari, bayangan sosoknya yang ayu memenuhi pikiran Joe. Ia menyebutnya sebagai bidadari. Malam-malam tarawihnya ia habiskan sambil mencuri pandang ke arah bidadari cantiknya. Maklum saja, masjid di dusun Joe tidak besar. Batas antara saf laki-laki dan perempuan hanya dipisah dengan kain satir tipis yang sudah bolong sedikit. Perasaannya semakin jelas dan mantap. Joe jatuh hati pada pandangan pertama dengan sang bidadari.
Tepat malam ini, Joe memutuskan untuk mengenalnya lebih dekat sekaligus menanyakan apakah gadis itu bersedia untuk berta'aruf. Joe ingin segera menikah, mengingat usianya yang semakin tua. Joe berdandan rapi. Ia sudah berkutat di depan cermin setengah jam yang lalu. Rambut mullet ala rock and roll-nya ia pangkas, berganti gaya belah dua ala oppa- oppa korea. Joe memakai koko setengah juta yang baru dibelinya. Sarung BHX sudah rapi dikenakannya. Parfum kasturi ia semprotkan di titik-titik krusial. Sengaja tidak memakai peci agar aura kegantengannya bertambah.
"Bang Joe!" panggil Rei, teman Joe. Jangan salah, nama asli Rei itu Surimin. "Udah rapi aja kayak mau ngelamar cewek," goda Rei.
"Kan rencananya emang gitu," balas Joe tanpa basa-basi. Rei pura-pura memasang wajah syok. Selama ini hanya Rei yang tahu tentang perasaan Joe.
Keduanya berjalan menuju masjid. Suara ikamah menggema, menandakan sholat isya dan tarawih berjamaah akan segera dilaksanakan. Untuk kesekian kalinya jantung Joe berdegup kencang saat berpapasan dengan bidadariya. Mukena biru kala itu sudah berganti menjadi warna cokelat susu, senada dengan sarung BHX-nya. Niat Joe untuk melamarnya semakin menggebu.
Rakaat demi rakaat telah usai. Joe berdoa khusyuk agar sang bidadari menjadi jodohnya. Tidak ada yang mustahil, pikirnya. Apalagi berdoa di bulan Ramadan yang mustajab di setiap waktunya. Anehnya, dari tadi perasaan Joe tidak enak. Ia merasa ada seseorang yang selalu memerhatikannya. Pria gondrong berkumis tipis itu terpaut jarak lima orang dari kanan Joe dan masih satu saf dengannya. Lama-lama, Joe merasa semakin merinding. Ia ingin bertanya, namun urung. Hanya saja Joe tidak tahu maksud tatapan pria itu. Ia pikir, apakah selama ini dia memerhatikanku karena model rambutku berubah? Joe yakin pria gondrong itu mengamati bagian kepalanya sejak rakaat pertama.
Joe teringat. Tatapan itu persis seperti dirinya yang sedang mencuri pandang sang bidadari. Joe menelan ludah. Tak mengira ada orang gila di dusunnya. Ahh, bukankah selama ini ia sendiri juga gila? Rakaat tarawih terakhir, dan pikiran Joe melanglang buana. Ia berniat langsung kabur begitu witir selesai.
Joe bergegas ke arah pintu. Sialnya, tangan seseorang berhasil mencengkeramnya. Ia membalikkan badan dengan gugup. Joe yang dari awal duduk di dekat tembok merasa terpojok. Tangan itu mendorongnya kuat sekali. Punggungnya membentur tembok menghasilkan suara duak yang renyah. Rambut gondrong, mata tajam, berkumis tipis. Wajah itu sedang menatapnya lekat. Joe bingung, ia tidak tahu harus bagaimana. Tangan berotot pria itu mencengkeramnya dengan kuat. Kepalanya miring kesana kemari seperti melihat karya seni. Wajahnya mendekat, matanya menyipit.
"Mas, kamu ngapain mas?" tanya Joe lirih. Jangan-jangan orang ini... suka sama aku?! Pikiran Joe kemana-mana. Joe yakin dirinya masih normal. Ia tahu, hari ini dirinya lebih tampan dari biasanya. Tapi Joe tidak berekspektasi akan jadi seperti ini. Jantungnya berdegup kencang sementara orang di depannya tetap diam. Tangannya terjulur kedepan hendak memegang kepala Joe. "Mas, kamu ngapain mas?!" tanya Joe lagi, sedikit panik. Joe menutup mata. Tangan orang itu sudah sampai di kepalanya.
"AKU LANANG, MAS!!!" teriak Joe. Seisi masjid mendadak sepi, terkejut dengan teriakan Joe barusan. Saat ia membuka mata, terlihat benda hitam lonjong dengan titik putih di ujungnya. Tampak sedikit basah dan bertekstur.
"Ada tai cicak di kepalamu," jelas pria gondrong di depannya.
Sementara itu dari arah lain Rei tergopoh-gopoh menghampiri temannya seraya menepuk jidat, "Walah Sutejo Sutejo!"
Note: Mimi Hazimi adalah nama pena Fitriani Fajar Noor Naimi
Komentar
Posting Komentar