Langsung ke konten utama

MISBAH II: Ajang Seru UKM Al Izzah Menguatkan Cinta Bahasa Arab di UIN Sunan Kudus

Foto Pemenang MISBAH II Cabang Lomba Khitobah bersama Gus Usman Arrumy

UKM Al Izzah UIN Sunan Kudus kembali menggelar ajang tahunan MISBAH II (Musabaqoh 'Arobiyyah Al Islamiyah) dengan meriah dan lancar pada Rabu, 28 Mei 2025. Acara ini diikuti oleh peserta dari berbagai wilayah Jawa Tengah dan DIY, dengan empat cabang lomba, yakni Khitobah, MQK, Syi'ir, dan Ghina'. Seleksi awal dilakukan secara online, dan para finalis hadir untuk mengikuti babak final secara langsung di UIN Sunan Kudus. "Terima kasih telah berpartisipasi dalam acara ini, semoga kita bisa membumikan bahasa Arab, bahasa para ahli surga, semoga kita termasuk di dalamnya," ujar Fitra selaku ketua panitia.

Pada sambutannya, Ibu Hj. Rini selaku pembina UKM Al Izzah memberikan apresiasi atas kedisiplinan panitia. "Persiapan memakan waktu lama dan membutuhkan kedisiplinan yang tinggi bukan hal mudah. Namun, Alhamdulillah, UKM Al Izzah tepat waktu dan acara berjalan lancar," tuturnya. Puncak acara berlangsung hangat dan bersemangat, mencerminkan semangat generasi muda dalam menggali potensi bahasa Arab sebagai bahasa ilmu dan peradaban.

Foto: Foto Bersama Para Pemenang dan Panitia MISBAH II

Seminar kebahasaan yang dibawakan penyair dan novelis nasional, Gus Usman Arrumy, menjadi penutup rangkaian kegiatan. "Bahasa Arab bukan sekadar alat komunikasi, tapi jendela untuk memahami Al-Qur'an secara utuh. Kita tidak cukup hanya dengan terjemahan, kita harus belajar dan merasakan keindahan bahasanya," jelas beliau. Gus Usman menambahkan bahwa mempelajari bahasa Arab adalah wujud cinta kepada Nabi dan bagian dari menumbuhkan kepekaan spiritual. Beliau juga menekankan pentingnya teknologi sebagai alat memperluas akses literasi, bukan sebagai objek pasif informasi.

Para peserta sangat terinspirasi. "Saya mendapat pemahaman baru yang memperluas wawasan dan menambah kecintaan saya pada bahasa Arab. Seminar ini menambah relasi pertemanan dan membuat saya lebih siap masuk jurusan Pendidikan Bahasa Arab," ujar Nana, peserta seminar. Syakira, pemenang lomba cabang Khitobah, mengungkapkan, "Alhamdulillah, saya sangat senang. Biasanya saya mengikuti lomba Bahasa Inggris, namun karena tertarik juga dengan Bahasa Arab, saya mencoba untuk mengikuti lomba ini. Meskipun kegiatan di pondok sedang padat, rasa lelah itu terbayar dengan pengalaman berharga. Semangat baru pun muncul untuk terus memperdalam kemampuan bahasa Arab saya."

Dengan semangat kebersamaan, MISBAH II tidak hanya menjadi wadah kompetisi, tetapi juga ruang tumbuh untuk kecintaan terhadap bahasa Arab. UKM Al Izzah berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut dan semakin banyak generasi muda yang tergerak untuk menjadikan bahasa Arab sebagai bagian dari identitas intelektual dan spiritual mereka.

Penulis : Salma

Editor : Elfin 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Konservasi Nilai dan Karakter

PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER DI ERA SEKARANG Siyam Fitriyani Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Kudus, E-mail: fitriyanisiyam321@gmail.com Nomor Hp : 08816770699 ABSTRAK         Karakter bisa diartikan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku seseorang, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, berperilaku jelek, bisa dikatakan berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah moral bisa dikatakan orang yang berkarakter mulia. Nilai karakter konservasi adalah sikap pribadi yang stabil untuk selalu berusaha melindungi dan melestarikan nilai budaya serta perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pendidikan karakter berbasis konservasi berupaya untuk menyemaikan dan mengembangkan nilai-nilai religius, jujur, peduli, toleran, demokratis, santun, cerdas, dan tangguh dalam bermasyarakat ataupun dalam diri mahasiswa dengan maksud agar mereka mampu menjadi...

Abu Aswad Ad-Du'ali Sang Penemu Harakat

      (Gambar: http://tahfizhdulido.com)  Tidak bisa dipungkiri bahwa Al-Quran yang selalu kita baca saat ini ternyata amat jauh berbeda dengan Al-Qu'an asli pada zaman Rasulullah. Hal ini dikarenakan pada mulanya Al-Quran turun kepada Rasulullah tanpa adanya tanda baca dan syakal sama sekali. Barang tentu sangat sulit bagi kita untuk membacanya. Apalagi huruf-huruf yang memiliki bentuk yang sama tanpa adanya titik, pasti susah untuk membedakannya.  Berkat ijtihad para tabi'in dan Ulama' terdahulu yang telah berhasil memudahkan pembacaan Al-Quran yakni dengan memberikan tanda baca pada Al-Quran.  Al-Quran yang semula polos kemudian oleh Abu Aswad Ad-Du'ali diberikan titik agar membedakan huruf yang dibaca fathah, kasrah, atau dhammah.  Abu Aswad Ad-Du'ali yang memiliki nama asli Dzalam bin Amru bin Sufyan bin Jandal bin Yu'mar bin Du'ali lahir di Basrah yakni pada tahun 603 M. Ia merupakan murid kinasih Ali bin Abi Thalib. Abu Aswad Ad-Du'ali dikenal s...

Inilah Sosok Lora Ismail Al-Kholilie, Cucu Syaikhona Kholil Asal Bangkalan Yang Penuh Inspiratif Bagi Kalangan Pecinta Bahasa Arab

Foto: https://cariustadz.id/ustadz/detail/Lora-Ismail-Amin-Kholil-562152 Tidak sedikit masyarakat di Indonesia telah memanfaatkan media sosial sebagai sarana pembelajaran guna memperdalam ilmu agama yang dimiliki melalui menonton tayangan kontennya, terkhusus kaum muda. Tetapi kenyataan diluar sana menyatakan bahwa tidak sedikit pendakwah di media sosial yang nekat mengaburkan kebenaran informasi hanya demi mencari popularitas semata. Maka dari itu, memilih referensi konten yang tidak sesat harus dilakukan dengan filtrasi yang ketat, bijak, tepat dan kompeten, terlebih lagi tidak sedikit influencer yang melakukan kesalahan fatal seperti memberikan salah pengartian terhadap beberapa hal, seperti penyesatan secara pemahaman ilmu pengetahuan terhadap beberapa kalimat-kalimat Bahasa Arab yang menjadi tren di kalangan masyarakat itu sendiri. Hal ini ternyata telah menjadi suatu perhatian yang khusus bagi sosok Lora Ismail Al-Kholilie, seorang influencer sekaligus ulama' yang lahir di ...