Langsung ke konten utama

Cerpen “Kakak Usahakan Lagi” - Juara 1 Musabaqoh Mading II 2025

 

Kakak Usahakan Lagi

Cerpen oleh Syahiroh Nabilah

--------------- 

Kampung Tirto ini kecil, tapi indahnya seperti serpihan surga yang jatuh dari langit. Di sana, waktu berjalan lambat, tapi hidup berlari cepat. Matahari terbit dengan milyaran harapan baru, dan terbenam dengan janji esok datang lagi.

Di sebuah rumah kayu tua, seorang lelaki muda bernama Hasan. Ia anak sulung dari tiga bersaudara. Ayahnya telah wafat lima tahun lalu, meninggalkan warisan paling berat: tanggung jawab.

Hasan bukan siapa-siapa. Pagi hari, ia hanya guru honorer PAI di madrasah dan sore hari ia hanya guru ngaji di langgar. Gajinya kecil, bahkan sering tak pasti. Tapi ia percaya, ilmu bukan sekadar pengisi perut, melainkan berkah yang menyambung hidup.

Setiap pagi, ia berangkat dengan motor tua, mengajar anak-anak membaca huruf hijaiya. Ia menyusun RPP dengan tangan yang lelah, tapi hati yang ikhlas. Di sela mengajar, ia juga menulis kaligrafi. Bukan hanya karena cinta pada seni, tapi karena di sanalah ia menemukan ruang untuk bernapas dari sesaknya hidup.

Hasan adalah khattat autodidak. Pena bambunya ia raut sendiri, tintanya ia racik dengan melihat tutorial di youtube dan kertasnya ia beli dari sisa honor yang tak seberapa. Sudah beberapa kali ia memenangkan lomba khat tingkat kabupaten. Hadiahnya ia gunakan untuk kebutuhan adik-adiknya. Salwa, yang kini kuliah dengan beasiswa seadanya, dan Rafi, adik bungsu yang masih SMP dan harus berjalan  ke sekolah. Tak satu pun ia gunakan untuk dirinya sendiri. Bahkan sepasang sepatu yang ia kenakan untuk mengajar, sudah tiga kali ia jahit sendiri.

Maka ketika sayembara nasional khat dibuka, Hasan menyimpan tanggalnya di dalam doa. Hadiahnya besar: sepuluh juta rupiah. Ia menghitung cepat: satu laptop untuk Salwa yang kini harus menulis makalah dengan menyewa laptop di warnet, satu sepeda untuk Rafi yang mulai kelelahan menempuh jarak antar kampung, dan satu mukena untuk bapaknya, sebagai bentuk terima kasih yang tak pernah cukup. Mukena ibunya sekarang bolong di pinggir dan renda-rendanya menguning seperti kenangan masa muda.

Ia mulai berlatih. Malam-malamnya diisi oleh suara pena bambu yang menggesek kertas, samar-samar berteman dengan nyanyian jangkrik. Tema lomba adalah ayat dari surah Al-Hujurat: "Inna akramakum ‘indallahi atqakum" Sungguh, yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Hasan menuliskannya berkali-kali, sampai huruf-huruf itu tak sekadar indah, tapi hidup. Setiap lengkung kaf ia bayangkan sebagai pundak yang memikul dunia. Setiap alif ia tegakkan seperti tulang rusuk yang tak mau dibengkokkan oleh ketidakadilan.

Hari lomba tiba. Hasan berangkat naik truk pengangkut sayur ke kota kabupaten. Ia membawa satu gulungan karya, satu pena, dan satu tekad. Di lokasi, peserta datang dengan perlengkapan mahal: pena Jepang, tinta Prancis, dan bahkan pelatih pribadi. Hasan hanya membawa satu bambu tua, tinta buatan sendiri, dan sehelai senyum yang disulam dari harap.

Ia mengerjakan dengan hati. Tangannya gemetar, bukan karena takut kalah, tapi karena ingat Salwa, Rafi, dan ibu di rumah. Ia ingin membalas cinta mereka dengan cara yang ia tahu: ketekunan.

Sore harinya, pengumuman juara disiarkan. Juara satu bukan Hasan. Bahkan namanya tak masuk tiga besar. Ia terdiam. Bukan karena kaget, tapi karena tahu, manusia memang tidak adil, bahkan untuk yang paling tulus sekalipun.

Dari kejauhan, ia mendengar dua panitia berbincang, mungkin mengira tak ada yang mendengar.
“Anaknya pejabat itu ya, yang juara satu?”
“Iya, memang sudah diatur. Karyanya biasa aja, tapi... kamu tahu sendiri.”

Hasan tidak marah. Ia hanya menggulung karyanya kembali, memasukkan ke dalam tabung plastik, lalu melangkah pelan ke luar aula. Tak ada air mata.

Hasan pulang naik colt pengangkut sayur tua untuk pulang. Sepanjang jalan, ia memandangi sawah-sawah yang mulai menguning. Ia pikirkan banyak hal. Tentang sistem yang korup, tentang guru-guru honorer yang tetap tersenyum meski hidup mereka digilas waktu, tentang sportivitas yang kalah oleh koneksi.

Sesampainya di rumah, ia langsung disambut Salwa.

“Mas, gimana lombanya?”
Hasan tersenyum kecil. “Belum rezeki.”
“Padahal mas yang paling jago...”
Hasan menatap mata adiknya. “Dek, tak semua yang menang adalah yang paling layak. Tapi kita harus selalu berusaha jadi yang paling layak, meski tak menang.”

Malam itu, Hasan duduk sendiri di beranda. Menatap langit yang lengang. Di pangkuannya, selembar kertas kosong dan pena.

Salwa keluar, membawa secangkir teh. “Mas, mau nulis lagi?”
Hasan mengangguk. “Iya.  Mau hitung ulang pengeluaran. Laptop kamu tetap harus ada. Sepeda Rafi juga. Dan untuk ibu... mungkin nanti aku jual motor.”

Salwa terperanjat. “ Gak usah, Mas. Nyewa laptop lebih murah. Rafi juga dekat sekolahnya, bisa jalan kaki. Mukena ibu juga masih layak pakai. Lagian, motor itu untuk mas kalau berangkat ngajar” Ucap Salwa yang tak mampu membendung air matanya.

“ Sudah, jangan nangis. Besok InsyaAllah kakak usahakan lagi”. Lirih Hasan menenangkan.

Pena itu kembali digenggamnya. Bukan untuk menulis kaligrafi lomba, bukan pula pujian atau keluhan, melainkan untuk mencatat hal yang lebih sederhana: ikhtiar hari esok.

Salwa masih berdiri memandangi punggung kakaknya. Punggung yang menanggung banyak hal, tapi tak pernah meminta dipuji. Laki-laki itu tak menang di panggung, tapi ia menang dalam hal yang lebih luas. Menjaga harga diri, memelihara kejujuran, dan tidak menjual prinsip demi hadiah.

Malam makin larut. Pena itu terus menari.

Besok, ia akan berangkat mengajar lagi. Mengaji lagi. Mengusahakan lagi.

Karena bagi Hasan, selama masih ada secarik kertas dan sebilah pena, maka harapan belum habis.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Konservasi Nilai dan Karakter

PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER DI ERA SEKARANG Siyam Fitriyani Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Kudus, E-mail: fitriyanisiyam321@gmail.com Nomor Hp : 08816770699 ABSTRAK         Karakter bisa diartikan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku seseorang, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, berperilaku jelek, bisa dikatakan berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah moral bisa dikatakan orang yang berkarakter mulia. Nilai karakter konservasi adalah sikap pribadi yang stabil untuk selalu berusaha melindungi dan melestarikan nilai budaya serta perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pendidikan karakter berbasis konservasi berupaya untuk menyemaikan dan mengembangkan nilai-nilai religius, jujur, peduli, toleran, demokratis, santun, cerdas, dan tangguh dalam bermasyarakat ataupun dalam diri mahasiswa dengan maksud agar mereka mampu menjadi...

Abu Aswad Ad-Du'ali Sang Penemu Harakat

      (Gambar: http://tahfizhdulido.com)  Tidak bisa dipungkiri bahwa Al-Quran yang selalu kita baca saat ini ternyata amat jauh berbeda dengan Al-Qu'an asli pada zaman Rasulullah. Hal ini dikarenakan pada mulanya Al-Quran turun kepada Rasulullah tanpa adanya tanda baca dan syakal sama sekali. Barang tentu sangat sulit bagi kita untuk membacanya. Apalagi huruf-huruf yang memiliki bentuk yang sama tanpa adanya titik, pasti susah untuk membedakannya.  Berkat ijtihad para tabi'in dan Ulama' terdahulu yang telah berhasil memudahkan pembacaan Al-Quran yakni dengan memberikan tanda baca pada Al-Quran.  Al-Quran yang semula polos kemudian oleh Abu Aswad Ad-Du'ali diberikan titik agar membedakan huruf yang dibaca fathah, kasrah, atau dhammah.  Abu Aswad Ad-Du'ali yang memiliki nama asli Dzalam bin Amru bin Sufyan bin Jandal bin Yu'mar bin Du'ali lahir di Basrah yakni pada tahun 603 M. Ia merupakan murid kinasih Ali bin Abi Thalib. Abu Aswad Ad-Du'ali dikenal s...

7 Istilah Penting yang Wajib Kamu Ketahui sebagai Anggota Al Izzah, Nomor 5 Jarang Diketahui

Kamu masuk di UKM Al Izzah dan masih bingung sama istilah-istilah arabnya? Apalagi para anggota baru UKM Al - Izzah dan mahasiswa lain yang barang kali melirik untuk masuk di UKM ini. Mungkin beberapa kali pernah denger tapi gak paham dengan istilah tersebut. Tenang aja, kali ini semua pertanyaan - pertanyaan mu bakal terjawab nih. Berikut ini kami sajikan 7 istilah penting yang perlu kamu ketahui di UKM Al Izzah.  1. Maktab  Maktab merupakan tempat kesekretariatan UKM untuk segala keperluan Al Izzah mulai dari registrasi, penyimpanan file, inventaris dan lain-lain. Maktab ini juga berfungsi sebagai tempat sharing, diskusi, dan sekedar berkumpul bagi para pengurus maupun anggota UKM Al Izzah. Selain itu, di maktab pula terdapat berbagai macam buku dan kitab kajian bahasa Arab yang digunakan untuk belajar sekaligus sebagai referensi pembelajaran. Meskipun tempat ini tidak begitu luas namun maktab ini memiliki kenyamanan tersendiri sehingga setiap harinya pasti selalu ada orang ...