Langsung ke konten utama

Semarak Kemerdekaan ke-80 Bersama UKM Al-Izzah: Merangkai Kebersamaan, Mengobarkan Semangat

Foto: Suasana Kebersamaan Anggota UKM Al-Izzah

Tahun ini, Indonesia memasuki usia ke-80 sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Delapan dekade perjalanan bangsa menjadi bukti nyata dari semangat persatuan dan pengorbanan para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan. Momentum ini menjadi saat yang tepat untuk kembali menghayati makna perjuangan tersebut. Kemerdekaan yang kita rasakan hari ini lahir dari pengorbanan besar, dan kini menjadi tanggung jawab kita untuk mengisinya dengan karya serta kontribusi terbaik di bidang masing-masing.

Mari kita jadikan momen ini sebagai dorongan untuk terus mengembangkan diri, baik dengan belajar, berorganisasi, maupun berpartisipasi dalam berbagai kegiatan positif. Di era sekarang, perjuangan tidak lagi dengan senjata, melainkan dengan ilmu, karya, dan kepedulian yang membawa manfaat nyata.

Kebersamaan di UKM Al-Izzah mengajarkan kita bahwa perjuangan bisa dimulai dari langkah sederhana, seperti belajar bahasa Arab, mengamalkannya, dan berbagi manfaat dengan sekitar. Setiap usaha kecil yang dilakukan dengan ikhlas akan memberi arti besar, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat dan bangsa.

Maka, mari kita kobarkan semangat merah putih bukan hanya di bendera, tetapi juga di hati dan tindakan kita. Bersama, kita bisa meneruskan nilai perjuangan melalui karya nyata demi lahirnya generasi yang cerdas, amanah, dan bermanfaat bagi umat serta negeri tercinta. Semoga semangat kemerdekaan ini terus hidup di hati kita. Dirgahayu Republik Indonesia ke-80! Salam Merdeka!

Penulis: Salma

Editor: Elfin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Sosok Lora Ismail Al-Kholilie, Cucu Syaikhona Kholil Asal Bangkalan Yang Penuh Inspiratif Bagi Kalangan Pecinta Bahasa Arab

Foto: https://cariustadz.id/ustadz/detail/Lora-Ismail-Amin-Kholil-562152 Tidak sedikit masyarakat di Indonesia telah memanfaatkan media sosial sebagai sarana pembelajaran guna memperdalam ilmu agama yang dimiliki melalui menonton tayangan kontennya, terkhusus kaum muda. Tetapi kenyataan diluar sana menyatakan bahwa tidak sedikit pendakwah di media sosial yang nekat mengaburkan kebenaran informasi hanya demi mencari popularitas semata. Maka dari itu, memilih referensi konten yang tidak sesat harus dilakukan dengan filtrasi yang ketat, bijak, tepat dan kompeten, terlebih lagi tidak sedikit influencer yang melakukan kesalahan fatal seperti memberikan salah pengartian terhadap beberapa hal, seperti penyesatan secara pemahaman ilmu pengetahuan terhadap beberapa kalimat-kalimat Bahasa Arab yang menjadi tren di kalangan masyarakat itu sendiri. Hal ini ternyata telah menjadi suatu perhatian yang khusus bagi sosok Lora Ismail Al-Kholilie, seorang influencer sekaligus ulama' yang lahir di ...

Jurnal Konservasi Nilai dan Karakter

PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER DI ERA SEKARANG Siyam Fitriyani Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Kudus, E-mail: fitriyanisiyam321@gmail.com Nomor Hp : 08816770699 ABSTRAK         Karakter bisa diartikan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku seseorang, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, berperilaku jelek, bisa dikatakan berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah moral bisa dikatakan orang yang berkarakter mulia. Nilai karakter konservasi adalah sikap pribadi yang stabil untuk selalu berusaha melindungi dan melestarikan nilai budaya serta perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pendidikan karakter berbasis konservasi berupaya untuk menyemaikan dan mengembangkan nilai-nilai religius, jujur, peduli, toleran, demokratis, santun, cerdas, dan tangguh dalam bermasyarakat ataupun dalam diri mahasiswa dengan maksud agar mereka mampu menjadi...

Abu Aswad Ad-Du'ali Sang Penemu Harakat

      (Gambar: http://tahfizhdulido.com)  Tidak bisa dipungkiri bahwa Al-Quran yang selalu kita baca saat ini ternyata amat jauh berbeda dengan Al-Qu'an asli pada zaman Rasulullah. Hal ini dikarenakan pada mulanya Al-Quran turun kepada Rasulullah tanpa adanya tanda baca dan syakal sama sekali. Barang tentu sangat sulit bagi kita untuk membacanya. Apalagi huruf-huruf yang memiliki bentuk yang sama tanpa adanya titik, pasti susah untuk membedakannya.  Berkat ijtihad para tabi'in dan Ulama' terdahulu yang telah berhasil memudahkan pembacaan Al-Quran yakni dengan memberikan tanda baca pada Al-Quran.  Al-Quran yang semula polos kemudian oleh Abu Aswad Ad-Du'ali diberikan titik agar membedakan huruf yang dibaca fathah, kasrah, atau dhammah.  Abu Aswad Ad-Du'ali yang memiliki nama asli Dzalam bin Amru bin Sufyan bin Jandal bin Yu'mar bin Du'ali lahir di Basrah yakni pada tahun 603 M. Ia merupakan murid kinasih Ali bin Abi Thalib. Abu Aswad Ad-Du'ali dikenal s...