Detak Suci
Kesucian Ramadhan yang kini masih melekat pada setiap hembus napas hari – hari , nampaknya enggan meloloskan sejengkal waktu berharga tanpa cinta pada Tuhan. Antara manusia dengan manusia selalu ada rindu yang ingin ditemukan penawarnya. Jarak memang sering dilaknat jadi penghalang, namun untuk kesekian kalinya akan ada do’a yang hadir lewat manusia, cinta, dan Tuhan.
Kesendirianku dalam lamunan panjang telah membawa pada titik terang kehidupan. Udara yang dingin oleh gelapnya malam sekarang terasa lebih hangat. Ah! Benar saja, terik mentari telah membuat rentetan jemuran anak kos kasat. Jalanan seolah berada di genangan air yang bergelombang, licin dan mengkilap. Hari ini memang terasa lebih panjang dari yang terpikirkan dalam otakku dengan RAM yang minimalis.
Bukan mau kufur nikmat, tapi akhir – akhir ini terlalu banyak hal yang memenuhi isi kepalaku. Rasanya ledakan hebat bisa saja terjadi jika aku terus bergelut dengan masalah hidup yang terus bertumpuk. Jadi, kurehatkan sejenak diri ini dalam alunan ketenangan yang menyelimuti masjid dekat kos yang kebetulan suasananya tidak terlalu bising. Ya cocoklah dengan yang sedang kucari, ketenangan.
Disela tarikan napas yang kuambil, ada jeda disana. Sesuatu yang memalingkan wajahku pada sudut masjid, sampai akhirnya aku menghembuskan napas setelah tertahan dan saat itu juga aku tau ada sosok wanita yang sama – sama sedang mencari tenang dalam hening di akhir Ramadhan. Lamat – lamat kuperhatikan, do’anya semakin menggema hingga terdengar ditelingaku beriringan dengan detak jam dinding yang memutar.
Alhamdulillah, Kau masih beri aku kesempatan tuh menengadah, Alhamdulillah rezeki yang kau beri tak pernah sempit dan selalu datang dari berbagai arah, Alhamdulillah Kau tak pernah meninggalkan hamba, selalu ada cinta yang kau titip bersama siapa saja yang kutemui. Yah, cinta adalah Anugrah indah dan esok hari dimana manusia saling berbagi cinta, Hari Raya. Entah pada siapa aku akan memberi cinta ini, karena orang tuaku telah mendapat cinta utuh dari Mu di Jannah.
Bait demi bait do’a terontarkan oleh wanita itu, aku turut merasakan kesedihannya yang dalam akan keluarga. Lebaran adalah momen indah bersama keluarga yang jarang tercipta oleh kebanyakan orang. Dan aku yang bersalah disini, aku berjanji akan memulai dari awal dan mencoba menghubungi ibu. Bagaimana mungkin aku yang masih diberi keluarga utuh malah acuh. Sedang wanita itu, yang kini sedang bersitatap denganku memiliki mata air yang tulus akan rindu pangkuan ibu dan hangatnya keluarga.
Gema takbir akan segera tersuarakan oleh puluhan ribu masjid dan mushola, kutatap langit dan kini terlihat semakin jelas bintang malam dengan iringan kalimat Agung, serasa alam pun ikut bersenandung. Hari Raya dengan suka cita akan segera aku temui di negeri orang dengan wanita itu dan puluhan anak yatim yang ia angkat.
"Terimakasih atas motivasi sore tadi padaku, Ukhty. Sekarang aku telah mengantongi ridho dan maaf ibu." Ucapku pada wanita dengan mata air yang sekarang dalam dekapan bahuku.
*Hawa/Shohafah
Komentar
Posting Komentar